Sunday 28 July 2013

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

''Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.'' (Al-Hadis).

Suatu hari, dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW berkisah kepada para sahabat tentang seorang seorang yang saleh dari Bani Israil. Orang tersebut menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan  untuk berjihad fi sabilillah. Mendengar kisah itu, para sahabat merasa iri, karena tak bisa memiliki kesempatan untuk beribadah selama itu.

Usia umat Nabi Muhammad SAW memang lebih pendek dari umat terdahulu. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah merenungi hal itu. Nabi SAW pun bersedih, karena mustahil umatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu.

''Dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga, Allah SWT lalu mengaruniakan Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW,'' ungkap Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha'il Ramadhan. Menurutnya,  Lailatul Qadar adalah suatu malam karunia Allah yang sangat besar kebaikan dan keberkahannya.

Lalu apa sebenarnya Lailatul Qadar itu?  Dr HM Muchlis Hanafi,  pakar tafsir dari Universitas Al Azhar Mesir, mengungkapkan, Lailatul Qadar berarti malam yang penuh dengan kemuliaan. Pada malam itu, kata dia,  diturunkan Alquran yang memiliki kemuliaan, melalui seorang malaikat yang juga sangat mulia dan diterima seorang nabi yang juga sangat mulia.

''Qadar juga  bisa bermakna ukuran. Ukuran segala sesuatu itu ditetapkan pada malam itu, rezeki seseorang, apakah dia bahagia atau tidak? Sampai setahun ke depan ditetapkan pada malam itu,'' tutur Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ) itu.

Menurut Muchlis, Lailatul Qadar memiliki sejumlah keistimewaan. Betapa tidak. Pada malam itu, Alquran diturunkan. Selain itu, Lailatul Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan. Pada malam itu, kata dia,  para malaikat dan Ar-ruh (yang dimaksud adalah Malaikat Jibril) turun ke bumi.

''Para malaikat itu turun dengan membawa rahmat dan keberkahan,'' ujarnya. Yang tak kalah penting, malam yang istimewa itu membawa kedamaian, rasa aman kepada siapa saja yang menjumpainya sampai terbit fajar.

Dalam sebuah riwayat, papar dia,  yang dimaksud fajar adalah terbit fajar di keesokan harinya. Tapi hatta mathla'il fajr, berarti sampai tiba saatnya fajar kehidupannya yang baru di akhirat nanti.

Lalu adakah ciri-ciri akan datangnya Lailatul Qadar? Menurut Muchlis, tanda-tanda fisik seperti yang populer di kalangan masyarakat bahwa malam itu tenang, angin sepoi-sepoi, kemudian matahari di keesokan harinya berawan dan tidak terlalu panas, riwayat-riwayatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.

''Tanda-tanda fisik semacam itu secara logika, juga sulit diterima. Karena, sangat relatif, tergantung musim. Kalau musim hujan, ya,  pasti mendung, apalagi dengan perubahan iklim sekarang. Jadi, tanda-tanda fisik itu tidak bisa dijadikan ukuran. Tanda yang pasti adalah salaamun hiya hatta mathla'il fajr,'' paparnya.

Yang pasti, kata dia,  salah satu tanda yang pasti dari Lailatul Qadar adalah  orang selalu merasa damai,  selalu menebar kedamaian dalam hidupnya sampai dia meninggal dunia bahkan sampai dibangkitkan kembali menyongsong fajar kehidupan yang baru.

Tak ada seorang pun yang tahu kapan tamu agung itu akan datang. Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu akan menghampiri hambanya. Terlebih, sebagai tamu agung, Lailatul Qadar hanya dianugerahkan kepada orang-orang yang mendapat taufik dan beramal saleh pada malam itu.  Mengapa begitu? Supaya kita semakin giat mencarinya sepanjang hari, khususnya pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan.

Prof Nasaruddin Umar, menambahkan Lailatul qadar itu memiliki banyak makna. Menurut dia, Lailatul Qadar bisa diartikan secara fisik bahwa betul-betul memang malam itu ada sesuatu yang istimewa.

Menurut dia, pada malam itu Malaikat turun berbendong-bondong sangat luar biasa dan hanya detik itu, menit itu atau jam itu. Adalagi yang memaknai lailatul qadar simbolis sesungguhnya. Laila artinya malam, malam bisa berarti keheningan, kesyahduan, kepasrahan, tawakal, kerinduan, kehangatan, termasuk juga kekhusyukan.

Sebagaimana banyak dijelaskan dalam berbagai buku sejarah, termasuk Sirah Nabawiyyah, Lailatul Qadar itu hanya terjadi sekali dalam setahun, yakni hanya pada bulan Ramadhan. Dan itupun, waktunya tidak ditentukan. Ada yang berpendapat, terjadi di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Pakar hadis, Dr Lutfi Fathullah MA mengungkapkan, karena begitu mulianya Laailatul Qadar, Rasulullah saw mengajak seluruh sahabatnya, istri-istrinya sampai kepada pembantu-pembantunya untuk memperbanyak ibadah.  Karena itu, ketika istri-istri Rasulullah diminta untuk mencari Lailatul Qadar, Aisyah RA  berkata, Ya Rasulullah bagaimana kalau saya yang mendapatkan? Apa yang harus saya baca? Minta rumah, minta kekayaan atau minta yang lainnya?

Rasulullah mengajarkan bacalah,  ''Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa'fu anni (Ya Allah Engkalau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu karena itu ampunilah dosa-dosaku).''  Semoga, kita dipertemukan dengan malam Lailatul Qadar.

Sumber

Tuesday 23 July 2013

Sejarah Turunnya Al-Quran

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Bagian-bagian Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-’Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur’an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur’an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur’an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Qur’an dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku’.
Nisf Al-Qur’an (tanda pertengahan Al-Qur’an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: “hendaklah ia berlaku lemah lembut”.
Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Al-Qur’an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah Madaniyyah
Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,
Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs (wahai manusia), Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi), Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.
Ayat Al-Qur’an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat Al-’Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.
Kodifikasi Al-Qur’an
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.
Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur’an. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur’an juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur’an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur’an dari kesalahan dan kekeliruan.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur’an
Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur’an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa’ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.
Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’b, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.
Tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat.

*Sumber: http://andiriyanto.wordpress.com/makalah/sejarah-turunnya-al-quran/

Monday 22 July 2013

Keutamaan Membaca Al-Quran

Allah Ta’ala berfirman,“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Menyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)

Ada dua cara seseorang di dalam membaca kitab Allah.

Pertama :
Tilawah hukmiyyah, yaitu membenarkan segala berita yang ada di dalamnya dan menerapkan hukum-hukumnya dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kedua :
Tilawah lafhzhiyyah atau qira’atul Qur’an, banyak sekali nash-nash yang menyebut keutamaannya. Dalam Shahih Bukhari, disebutkan riwayat dari Utsman bin Affan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Dalam Shahihain, disebutkan pula hadits dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kelak (mendapat tempat disurga) bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan masih terbata-bata, dan merasa berat dan susah, maka dia mendapatkan dua pahala.”

Dua pahala ini, salah satunya merupakan balasan dari membaca Al-Qur’an itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah atas kesusahan dan keberatan yang dirasakan oleh pembacanya.

Dalam Shahih Muslim disebutkan riwayat dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW bersabda :

“Bacalah Al-Qur’an, karena pada hari Kiamat nanti dia akan datang sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.”

Nabi SAW bersabda,

“Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia mendapatkan satu kebaikan, sedangkan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)

Keutamaan-keutamaan ini meliputi seluruh kandungan isi Al-Qur’an. Banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan keutamaan surat-surat tertentu, misalnya surat Al-Fatihah. Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Abu Sa’id bin Mu’alla bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepadanya,

“Aku akan mengajarkanmu surat yang paling agung di dalam Al-Qur’an, yaitu Alhamdulillaahi Rabbi l-‘alamiin (Al-Fatihah). Ini adalah tujuh ayat yang diulang-ulang dan Al-Qur’an agung yang diberikan kepadaku.”

Oleh karena keutamaannya itu, maka membacanya menjadi bagian dari rukun shalat. Shalat tidak akan menjadi sah tanpa membaca Al-Fatihah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca Al-Fatihah.” (Muttafaq ‘alaih)

Surat dalam Al-Qur’an lainnya yang memiliki keutamaan tersendiri adalah surat Al-Baqarah dan Ali Imran. Nabi SAW bersabda,

“Bacalah surat Az-Zahrowain, yaitu Al-Baqarah dan Ali Imran. Karena sesungguhnya keduanya akan datang pada hari Kiamat seperti dua buah awan atau seperti dua kawanan burung yang sedang terbang berbaris membela orang-orang yang biasa membacanya. Bacalah surat Al-Baqarah karena membacanya membawa berkah sedangkan meninggalkannya akan menyebabkan penyesalan. Surat ini tidak akan bisa dibaca oleh para tukang sihir.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda,

“Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah, tidak akan bisa dimasuki setan.” (HR. Muslim)

Surat lainnya yang mempunyai keutamaan khusus adalah surat Al-Ikhlas. Dalam Shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Abu Said Al-Khudri bahwa Nabi SAW bersabda,

“Demi Dzat yang menguasai jiwaku, sesungguhnya ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.”

Selain itu, surat yang memiliki keutamaan tersendiri adalah surat Al-Falaq dan An-Nas, atau biasa disebut mu’awwidzatain. Nabi SAW bersabda,

“Tahukah kamu beberapa ayat yang diturunkan pada hari ini yang belum pernah sebanding dengannya? Yaitu Qul ‘a’udzibi Rabbi l-falaq, dan Qul ‘a’udzubi Rabbi n-nas.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi kita untuk bersungguh-sungguh memperbanyak bacaan Al-Qur’an yang penuh berkah, apalagi di bulan Ramadhan. Para Salafush Shalih dahulu selalu memperbanyak bacaan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Imam Malik, jika Ramadhan tiba, maka beliau berhenti dari membaca hadits dan majelis-majelis ilmu (berhenti mengajar) untuk kemudian berganti membaca Al-Qur’an.

Imam Qatadah selalu meng-khatam-kan bacaan Al-Qur’an setiap tujuh hari sekali, sedangkan pada bulan Ramadhan meng-khatam-kannya setiap tiga hari sekali, dan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan meng-khatam-kannya setiap hari.

*Sumber: https://www.facebook.com/notes/al-quran-dan-terjemahnya/kemuliaan-keutamaan-membaca-al-quran-2/147788971902806

Saturday 20 July 2013

Petunjuk Rasulullah dalam Berpuasa


Petunjuk puasa dari Nabi r adalah petunjuk yang paling sempurna, paling mengena dalam mencapai maksud, serta paling mudah penerapannya bagi segenap jiwa. 

Di antara petunjuk puasa dari Nabi Saw. pada bulan Ramadhan adalah:
Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril'alaihis salam senantiasa membacakan Al-Qur'anul Karim untuk beliau pada bulan Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca Al-Qur'anul Karim, shalat, dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lain. 

Nabi Saw. menyegerakan berbuka dan menganjurkan demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta menganjurkan dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Beliau menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya maka dengan air. 

Nabi Saw. melarang orang yang berpuasa dari ucapan keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan kepada orang yang mencacinya, "Sesungguhnya aku sedang puasa." 

Jika beliau  melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, terkadang beliau meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan para sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan. Beliau r pernah mendapatkan fajar dalam keadaan junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah terbit fajar dan tetap berpuasa. 

Termasuk petunjuk Nabi Saw. adalah membebaskan dari qadha' puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya Allah I-lah yang memberinya makan dan minum. 

Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak dalam keadaan puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah r menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau juga melakukan istinsyaq (menghiup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan istinsyaq secara berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'Ibaad, I/320-338) 


Thursday 18 July 2013

10 Cara Sukses dalam Islam

10 cara sukses dalam islam

#1 Niatkan Maka Kau Akan Mendapatkan
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR Bukhari Muslim).
Penting Untuk Membaca Penjelasan lengkap disini: Niatkan, maka Anda akan mendapatkan
#2 Mendoakan Saudara
Rahasia itu ialah: mendo’akan saudara kita kebaikan yang sama dengan yang kita inginkan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Jika kita mendo’a saudara kita, tanpa sepengathuan kita, insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita do’akan.
Dari Abu Darda ra bahwasannya ia mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Tiada seorang muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata: Dan untuk kamu pula seperti itu”. (HR. Muslim)
#3 Miliki Ilmunya
Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)
“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i
#4 Berubahlah
Allah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya ” (QS Ar-Ra’d:11)
#5 Silaturahim
Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)
Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)
#6 Berdo’a
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepada-Ku. Maka bermohonlah kepada-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Q.S Al-Baqarah :186).
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)
# 7 Tawakal
Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)
#8 Shadaqah
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)
# 9 Syukur
Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS Ibrahim: 7)
# 10 Bertaqwa
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq:2-3)

Penutup

10 Cara Sukses dalam Islam ini hanya sebagian dari cara sukses yang ada di dalam Al Quran dan hadits. Jika diteliti lagi, akan sangat banyak yang menjadikan kita menjadi manusia sukses. Sukses seutuhnya, bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga di akhirat.

*Sumber: http://www.motivasi-islami.com/10-cara-sukses-dalam-islam/

Tuesday 16 July 2013

Niat dan Pembinaan Daya Tahan

Niat mempunyai kedudukan yang khusus dalam Islam. Rasulullah s.a.w mengajar umatnya agar memulakan sesuatu amal kebajikan dengan niat. Misalnya, dalam solat kita akan mulakan dengan niat. Dengan niat, barulah sesuatu amal dikira sebagai ibadah yang paling layak diterima oleh Allah s.w.t serta diberi ganjaran.
Tatacara niat dalam Islam dimulakan dengan ‘Nawaitu’ memberikan impak yang besar dalam kehidupan seorang muslim. Ia menggambarkan amalan yang dilakukan berlandaskan kepada perasaan sukarela, meletakan dirinya dalam keadaan pasrah dan bersedia melakukan sesuatu dengan keazaman yang tinggi.
Mulakan-dengan-niatSemangat ini akhirnya akan memberi kekuatun dalaman kepada individu untuk mengharungi segala cabaran dan dugaan yang mendatang kerana apa yang dilakukan merupakan pilihan terbaik yang telah dibuat. Amalan ini juga dapat mengatur kehidupan yang lebih beerti bagi seorang individu di samping dapat menyuntik semangat dan motivasi yang tinggi bagi mencapai matlamat.

Niat Menguat Daya Fokus

Niat dapat membantu otak membina daya tumpuan. Otak dapat berfungsi secara maksimum apabila individu fokus terhadap apa yang ingin dilakukan. Matlamat merupakan satu inti pati utama dalam niat. Tindakan individu dianggap sebagai amal ibadah apabila matlamat pelaksanaannya ialah ‘kerana Allah’ (lillah). Matlamat yang jelas ini seterusnya memberi kekuatan emosi dan spiritual kepada individu untuk beramal secara bersungguh-sungguh dan istiqamah dengan mengejar matlamat yang satu.
Sekiranya dilihat dalam buku “7 tabiat orang yang amat berkesan” penulisan Stephen R.Covey, tabiat kedua yang diberikan penekanan adalah mulakan dengan mengingat matlamat. Ia adalah memulakan hari ini dengan imej, gambar atau paradigma akhir hayat sebagai rangka rujukan.
Mengingat matlamat bermaksud bermula dengan matlamat yang jelas tentang destinasi yang ingin dituju. Individu yang hidup tanpa matlamat yang jelas ibarat berjalan tanpa arah tujuan. Apabila berada dipersimpangan, buntu membuat pilihan.
Pertimbangkan kata-kata Joseph Addison :
Bila saya perhatikan kubur orang yang terkenal, setiap emosi iri hati lesap daripada hati saya ; bila saya baca kata-kata kenangan orang rupawan, setiap keinginan saya yang tidak berpatutan terus hilang; bila saya menemui kesedihan ibu bapa yang tertulis di batu nisan, hati saya  cair dengan belas kasihan; bila saya lihat kubur ibu bapa sendiri, saya teringat kesia-siaan bersedih untuk mereka yang mesti kita ikut tidak lama lagi; bila saya lihat raja berbaring di sisi mereka yang menggulingkannya, saya ingat pada orang bijak yang kini bersebelahan dengan saingannya, atau orang alim yang memecahbelahkan dunia dengan pertentangan dan pertengakaran mereka, saya bayangkan dengan sedih dan hairan perkelahian, pertelingkahan dan perdebatan manusia. Bila saya baca tarikh di kubur, mereka yang mati semalam, dan mereka yang mati enam ratus tahun sebelum ini, saya ingat pada Hari teragung bila kita semua akan menjadi orang sezaman dan memperlihatkan diri kita serentak.
Kata-kata ini mempunyai maksud yang mendalam bagi individu yang menghayati. Ia menyentuh nilai mendalam, asas individu. Justeru, jadikanlah niat sebagai senjata ampuh untuk membina daya tahan diri dalam menempuh dugaan. Amalan ini perlu diterjemahkan dalam setiap aktiviti yang dilakukan bagi mendapat redha dan pertolongan serta petunjuk Ilahi. Berikut diberikan tip meningkatkan daya tahan.

Tips Meningkatkan Daya Tahan

  1. Niat / set target ke arah misi yang ingin dilakukan
  2. Kosongkan minda, perasaan dan fokus kepada target yang ditentukan
  3. Puasa minda, perasaan rohani dan jasmani melainkan kepada perlakuan (amal) yang perlu (pandu dalam track)
  4. Bekerja sebagai satu pasukan (amal jamaiy)
  5. Buat bersungguh-sungguh dan selebihnya serah kepada Alah s.w.t
*Sumber: http://www.iluvislam.com/inspirasi/8890-niat-dan-pembinaan-daya-tahan.html

Monday 15 July 2013

Keutaman-Keutamaan Bulan Ramadhan

Sering sekali kita mendengarkan dan membaca hadits-hadits/sabda Nabi saw yang berisikan kabar gembira saat kedatangan bulan Ramadlan. Rasulullah saw menyatakan bahwa bulan Ramadlan merupakan bulan yang mulia dan  penuh berkah, bulan dibukanya pintu rahmat dan pintu surga, ditutup rapat-rapat seluruh pintu Jahannam dan syetan-syetan dibelenggu. Bulan Ramadlan juga mempunyai keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Diantaranya adalah :
1)        Bulan Ramadlan adalah bulan dimana Allah swt menurunkan al-Qur’an secara keseluruhan dari Lauhil Mahfudz ke-Baitil ‘Izza (langit dunia /langit terdekat), Sebagaimana firman Allah SWT :
     شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: 85)
     Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqoroh : 185).
2)        Allah menententukan malam lailatul Qodar pada bulan Ramadlan. keajaiban malam seribu bulan adalah malam dimana seorang hamba beribadah pada malam tersebut maka akan dilipat gandakan pahalanya melebihi ibadah seribu bulan. Allah SWT berfirman :
     إنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (القدر : 1-3)
     Artinya : “Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al-Qodar : 1-3).
     Telah dijelaskan dalam kitab tafsir dari Mujahid ra, ia berkata: bahwasaannya malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (lailatul Qodar) tidak akan pernah ada pada bulan-bulan yang lainnya.
3)        Bulan Ramadlan adalah bulan diwajibkannya berpuasa bagi umat Islam, yang berarti kita telah melaksanakan salah satu rukun-rukun Islam. Kerena dengan diwajibkannya berpuasa kita   bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi SAW :
     عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه ا البخاري ومسلم)
     Artinya: ”Dari Ibnu Umar ra berkata, Rasululloh SAW telah bersabda; Islam didirikan atas lima perkara, bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, ibadah haji dan puasa Ramadlan”. (HR. Bukhory dan Muslim).
Dan firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة : 183)
     Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqoroh : 184 )
4)        Seseorang yang bersedekah pada bulan Ramadlan itu lebih baik dari pada sedekah pada bulan-bulan lainnya dan akan dilipat gandakan pahalanya dan ia akan dimasukkan surga oleh Allah SWT. Nabi SAW telah bersabda :
      عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ «مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللهِ، هَذَا خَيْرٌ. فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ». فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رضى الله عنه  بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللهِ، مَا عَلَى مَنْ دُعِىَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ: « نَعَمْ. وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ» (رواه البخاري).
     Artinya: “Abu Hurairah r.a. mengatakan, bahwa Rasulullah bersabda; “Barangsiapa yang memberi nafkah dua istri (dengan apa pun) di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah, ini lebih baik.’ (Dan dalam satu riwayat: Ia akan dipanggil oleh para penjaga surga, yakni oleh tiap-tiap penjaga pintu surga, ‘Hai kemarilah.’). Barangsiapa yang ahli shalat, maka ia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa yang ahli jihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang ahli puasa, maka ia dipanggil dari (pintu puasa dan) pintu Rayyan. Dan, barangsiapa yang ahli sedekah, maka ia dipanggil dari pintu sedekah.” Abu Bakar berkata, “(Tebusan) engkau adalah dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah. Apakah ada keperluan bagi yang dipanggil dari seluruh pintu itu? Apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu itu?” (Dalam satu riwayat: “Wahai Rasulullah, itu yang tidak binasa?)” Beliau bersabda, “Ya, dan aku berharap engkau termasuk golongan mereka”. (HR. Bukhori)
5)        pada bulan Ramadlan syetan-syetan dan jin dibelenggu oleh Allah, pintu-pintu neraka dikunci (ditutup) dan pintu-pintu surga dibuka dengan lebar. Agar kita merasa senang dan merasa ringan dalam menjalankan ibadah, agar kita berlomba-lomba, bermurah diri untuk meningkatkan dan memperbanyak amal kebaikan, karena pada malam romdlon malaikat akan menyeru dan memanggil kepada umat manusia. Dan barang siapa yang memburu memperbanyak amal kebaikan pada bulan Ramadlan maka ia akan dibebaskan dari api neraka. Sebagaimana Hadist Nabi SAW :
     عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ (رواه الترمذي)
     Artinya: “Saat awal bulan Ramadlan tiba, maka syetan-syetan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak satupun dibuka, pintu-pintu surga dibuka tidak satupun yang dikunci, lalu ada suara berkumandang, “Wahai pencari kebaikan, sambutlah (kebaikan Ramadlan)! Wahai pemburu keburukan, berhentilah! Dan Allah akan membebaskan dari Neraka”. Hal ini terjadi setiap malam (HR. Turmudzyi).
Hadist Dari Abu Hurairah ra :
     عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ: «قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرٌ مُبَارَكٌ رَمَضَانُ اِفْتَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَيُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حَرُمَ خَيْرهَا فَقَدْ حَرُمَ» (رواه أحمد والنسائي)
     Artinya: “Abi Hurairah berkata: telah bersabda: “Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa”. (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
6)        Sesorang yang mau menghidupkan dan mengisi malam bulan Ramadlan dengan melakukan sholat tarawih, dzikir, membaca al-Qur’an dan iktikaf atau amal ibadah lainnya yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, maka ia akan diampuni dosa-dosanya.
Sebagaimana Hadist Nabi SAW :
     عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ”. (رواه البخاري ومسلم)
     Artinya: ”Dari Abi Hurairah ra: sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “barang siapa yang melakukan ibadah (sholat tarawih) dibulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridlo dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Bukhoryi dan Muslim).
Dan Hadist Nabi :
     عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ ( رواه البخاري).
     Artinya : “Ibnu Abbas r.a. berkata; Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma (dalam kebaikan), dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadlan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam dari (bulan) Ramadlan (sampai habis bulan itu), lalu Jibril bertadarus Al-Qur’an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah (ketika bertemu Jibril) lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas”. (HR. Bukhory).
7)        Allah SWT akan melipat gandakan pahala ibadah umroh yang dilakukan pada bulan Ramadlan melebihi pada ibadah umroh yang dilakukan pada bulan-bulan lainnya, sehingga pahalanya menyamai pahala ibadah haji.
Sebagimana hadist Nabi SAW :
     عن ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً”.
Artinya : “Dari Ibnu Abbas telah berkata, Rasulullah SAW telah bersabda; ”ibadah umroh yang dikerjakan pada bulan Ramadlan itu menyamai pahala ibadah  haji “.
8)        Puasa Ramadlan yang kita lakukan ini menjadi pelebur atas dosa -dosa yang telah kita lakukan dari satu Ramadlan ke Ramadlan yang lain.
Dan masih banyak sekali Al-qur’an dan Al-Hadist yang menjelaskan tentang keutamaan bulan Ramadlan.

 *Sumber: http://alfathimiyyah.net/?p=1919#more-1919

Friday 12 July 2013

Kiat-Kiat Mengisi Ramadhan

Kiat-Kiat Mengisi Ramadhan
  • Memperlambat sahur dan mempercepat berbuka puasa
  • Banyak melakukan infaq sodaqoh
  • Tilawatul Qur’an (membaca Qur’an) serta mempelajarinya (tadabbur)
  • Tingkatkan pemahaman agama dengan membaca tulisan2 atau buku2 Agama.
  • Meningkatkan disiplin dan muroqobatullah (perasaan bahwa Allah mengawasi kita)
  • Hidupkan malam dengan shalat tarawih dan Qiyamullail
  • Menjauhkan diri dari sebab2 yang dapat mendekatkan diri pada kemaksiatan.seperti pergaulan, bacaan, tontonan.
  • Memberikan makanan berbuka kepada orang-orang yang melakukan puasa, terutama bagi mereka yang kesulitan seperti fakir miskin, orang2 yang berada dalam perjalanan.
  • Berdzikir pada setiap kesempatan (duduk, berdiri dan berbaring)
  • Membuat skala prioritas segala aktivitas yang dapat mendekatkan diri pada Allah.
  • Perbanyaklah aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan amal yang bersifat sosial bagi orang2 yang lemah, fakir miskin, anak yatim, kegiatan dakwah dll
  • Berusaha untuk saling menjaga hati dan sikap untuk menyempurnakan puasa kita menjaga pandangan dan bagi wanita diharapkan untuk berpakaian lebih tertutup minimal selama bulan Ramadhan
  • Beri’tikaf (berdiam diri dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah dan menyempurnakan amal ibadah kita) terutama pada 10 malam terakhir.
Note :
Apabila mungkin tundalah aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan kegiatan ukhrawi di sepuluh terakhir Ramadhan dan prioritaskan waktu-waktu ini untuk banyak melakukan ibadah dengan penuh kekhusyuan.
Mengambil cuti kantor akan lebih baik pada hari-hari di sepuluh terakhir Ramadhan sehingga ibadah dan bermunajad kepada Allah dapat diperhebat atau untuk ber’itikaf di Mesjid
Dengan kita mengetahui keistimewaan yang begitu besar yang diberikan oleh Allah pada bulan Ramdhan ini, kita berharap dapat bersama-sama mengisi Ramadhan ini dengan segala aktivitas yang dapat bernilai ibadah disisi Allah, karena Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun dan siapakah yang dapat menjamin bahwa kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa meni’mati Ramadhan-Ramadhan yang akan datang, mungkin saja ramadhan ini adalah ramadhan terakhir bagi kita, untuk itu janganlah kita lewatkan kesempatan yang berharga ini, janganlah Ramadhan ini lewat dengan sia-sia, tanpa memberikan arti bagi kita, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah : “mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga”. Semoga kita terhindar dari apa yang diisyaratkan Rasulullah tersebut.
Wallahu’alam bishawab.

Sumber: http://ervakurniawan.wordpress.com/category/kumpulan-artikel-islam/

Thursday 11 July 2013

Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Kasih kedua orang tua tak terkira. Berkat perantara jasa merekalah kehidupan di muka bumi ini bisa berjalan sebagaimana mestinya. Ada segudang alasan mengapa keduanya pantas dimuliakan.

Birrul walidain, berbakti kepada kedua orang tua, menurut dosen Fakultas Studi Islam Universitas Juanda Bogor Dr Amin Mahruddin, adalah perintah Allah SWT. Ini ditegaskan dalam deretan ayat dan hadis. Selama ketaatan itu dalam hal kebajikan dan bukan maksiat, wajib menghormatinya.

“Sekalipun keduanya non-Muslim, bahkan musyrik,” tuturnya. Ingat, wasiat seorang bijak, Luqman. Dalam Surah Lukman ayat 14, ia berpesan agar menaati keduanya. “Dosa besar jika mendurhakai mereka,” Lukman menyebut. 

Budi orang tua untuk anak tak berpamrih. Karenanya, jasa-saja mereka sangat luar biasa. Ia menyebutkan kisah sahabat Rasulullah SAW yang menggendong ibunya ke manapun, di luar waktu shalat atau ke kamar mandi. Tulang punggung sahabat itu sampai terluka. Ketika hidup, itu adalah bentuk pengabdian. Namun, Rasul menegaskan, pengorbanan itu tak seberapa dibandingkan jasa mereka.  

Ia mengungkapkan, ada beberapa bentuk birrul walidain selama keduanya masih hidup. Pertama, dalam bentuk akal pikiran. Maksudnya, kata Ustaz Amin,  jika orang tua meminta anaknya menyelesaikan suatu masalah, anak harus membantunya. Kedua, berbakti dalam bentuk tenaga, yaitu membantu, melayani, merawat orang tua. Sedangkan, bentuk finansial dengan mencukupi segala kebutuhannya.

Ada banyak faktor yang membuat air susu orang tua dibalas anaknya dengan tuba. Menurut Amin, di antaranya ialah pengaruh budaya Barat. Mereka menganggap orang tua sebagai beban, karena itu dititipkan di panti jompo. Islam tidak memperkenankan hal itu sehingga sanksi bagi pelakunya sangat berat. Ancamannya, Neraka Jahanam. “Bilang 'uf' saja dilarang, apalagi menelantarkan,” ujarnya berkilah. 

Sejumlah tayangan di televisi, seperti sinetron yang kurang edukatif, disebut Amin, ikut andil mengikis empati anak kepada kedua orang tua. Perhatikan saja tayangan di sinteron, ada anak memaki ibunya, melawan, berbicara tidak ada tata karma. Contoh buruk itu mengundang anak-anak untuk mempraktikkannya.

Bedakan, lanjutnya, dengan kondisi dan suasana pendidikan di pesantren. Suasana pesantren mengajarkan pentingnya bertata karma. Untuk itulah, ia berpandangan salah satu upaya untuk mentradisikan berbakti ialah dengan mengarahkan anak ke pondok pesantren. Jika enggan memasukkan anaknya belajar di pesantren, ia meminta orang tua mendidik dan melakukan pengawasan ketat. Perhatikan tontonan, teman bergaul, dan segalanya. “Paling utama perkuat institusi keluarga,” paparnya. 

Menurut Ustaz Mohay Attaly SAg, perintah berbakti terhadap kedua orang tua berada di posisi yang krusial. Ada di urutan ketiga menyusul amar menaati Allah dan Rasul-Nya. Jika orang tua jahat, tetap hormati selama tidak menyuruh maksiat. “Tolaklah dengan halus,” katanya. 

Berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang tidak ada bandingnya. Anak yang rajin shalat, puasa, pulang-pergi umrah dan berhaji, tapi satu jengkal saja orang tuanya tidak ridha, surga itu tertutup. ''Ridha Allah terletak pada ridha orang tua,” ujarnya. Maka, mintalah ridha keduanya agar hidup tenang dan jangan membuat mereka murka. 

Ia menyebutkan kisah, pada zaman Rasul, ada seorang ayah mencuri harta anaknya. Kasus ini dilaporkan kepada Rasul. Nabi menegaskan bahwa sekalipun harta itu milik anak, hakikatnya ada hak orang tua di sana. Karenanya, anak tak boleh sombong dan lupa diri.

Ia mengungkapkan, cara berbakti kepada orang tua bisa dilakukan secara lahir. Seperti dengan mengikuti segala nasihat baik, membuat hati mereka senang, dan berkata sopan. Dengan cara batin, lanjut Ustaz Mohay, setiap saat selalu mendoakan mereka. Karena bakti anak kepada orang tua tidak sebatas ketika mereka masih hidup, tapi selamanya. 

Ia menambahkan, upaya pembiasaan berbakti itu bisa dilakukan dengan penerapan pendidikan Islam dalam keluarga. Ajarkan agama sejak dini. Berikan contoh yang baik. Tunjukkan bakti Anda kepada kedua orang tua. Niscaya, buah hati Anda akan berbakti dan melakukan kebaikan yang sama. “Sebelum terlambat, tanamkan agama sekarang di keluarga,” katanya.

Oleh: Susie Evidia Y
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/03/27/mkb8j8-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua

Monday 8 July 2013

Enam Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan berkah, bulan sejuta hikmah, dan bulan kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Pendek kata, beruntunglah orang-orang yang bertemu dengan Ramadhan dan bisa berbuat kebajikan di dalamnya. Kemuliaan dan keberkahan Ramadhan telah disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya.

“Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai sunah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban.

Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan merupakan bulan santunan, bulan yang di mana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-Nya. Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut.” (HR Khuzaimah).

Dari hadis di atas, ada beberapa keutamaan Ramadhan. Pertama, syahrul azhim (bulan yang agung). Azhim adalah nama dan sifat Allah. Namun, juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Ramadhan mulia dan agung, karena Allah sendiri telah mengagungkan dan memuliakannya.

Kedua, syahrul mubarak. Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan bermanfaat. Detik demi detik, waktu yang berjalan pada bulan suci ini, ia bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Karena semuanya diberkahi dan amal ibadahnya dilipatgandakan.

Ketiga, syahru shiyam. Pada bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari lima rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Keempat, syahru nuzulil qur'an. “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah [2]: 185).

Kelima, syahrul musawwah (bulan santunan). Di bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk saling bederma, berkasih sayang dengan sesamanya yang keadaannya jauh memprihatinkan daripada kita.

Keenam
, syahrus shabr (bulan sabar). Bulan Ramadhan melatih jiwa Muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual, dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga. Semoga semua bisa memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Amin.

*Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/08/15/130204-enam-keutamaan-bulan-ramadhan

Sunday 7 July 2013

Manfaat Puasa bagi Kesehatan

Berpuasa didefinisikan sebagai periode tubuh yang pantang mengasup semua jenis makanan atau makanan tertentu. Bertolak belakang dengan persepsi bahwa berpuasa memburuk kesehatan tubuh, puasa justru memiliki banyak manfaat bagi tubuh.

Menurut AJ Carlson, Profesor Fisiologi di Universitas Chicago seperti dikutip dari MedIndia menyatakan, orang sehat dan tidak memiliki masalah stres serta gangguan emosi dapat bertahan tanpa makanan selama 50-75 hari.

Setiap pon lemak manusia setara dengan 3.500 kalori yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas fisik berat seharian. Berikut beberapa efek positif berpuasa.

Menyembuhkan dengan cepat
Hari-hari awal berpuasa merupakan fase tersulit. Tubuh akan mengeluarkan sejumlah besar racun melalui aliran darah, pori dan organ pembuangan lain. Ini terlihat dari menebalnya lapisan lidah dan nafas yang biasanya lebih berbau pada hari-hari pertama.

Setelah puasa berlanjut pada hari-hari setelahnya, proses pembersihan tubuh disempurnakan. Lemak tubuh yang tidak bermanfaat, racun yang terakumulasi dalam sel tubuh akan dikeluarkan. Sel yang sakit, sel-sel mati, lapisan lendir menebal di dinding usus, limbah aliran darah dikeluarkan lewat hati, limpa, dan ginjal.

Tubuh akan menggunakan mineral penting dan vitamin untuk membuang racun dan jaringan tua. Saat beban racun tubuh berkurang, efisiensi setiap sel ditingkatkan. Sehingga mempercepat proses penyembuhan dan sekaligus menghemat energi.

Lebih Energik
Mengapa orang merasa lebih energik setelah berpuasa? Selain itu, rasa lapar orang yang berpuasa berkurang dibandingkan saat normal.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa tubuh memerlukan energi besar untuk mencerna makanan. Puasa mengistirahatkan sistem pencernaan. Sehingga energi disimpan untuk menyembuhkan diri dan memperbaiki sel tubuh.

Energi akan digunakan untuk membersihan dan detoksifikasi usus, darah, serta menyembuhkan sel-sel tubuh dari berbagai penyakit. Puasa meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta  meremajakan tubuh.

Manfaat khusus
- Mengatasi kecanduan kafein, rokok, nikotin, narkoba dan alkohol.
- Puasa membantu menurunkan kadar kolesterol.
- Puasa mengurangi gangguan sistem pencernaan seperti sembelit, kembung, dan gastritis.
- Puasa dengan kontrol pada penderita diabetes membuat perubahan gaya hidup dan pola makan sehingga akan memperbaiki kondisi mereka.
- Puasa meningkatkan kewaspadaan mental. Racun yang dibersihkan dari sistem limfatik meningkatkan konsentrasi dan energi untuk melakukan aktivitas.

*http://www.kabarislam.com/puasa/manfaat-puasa-bagi-kesehatan

Thursday 4 July 2013

Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”
Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”
Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.
Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.
Buruknya Riya
Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).
Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”
Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.
Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.
Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.

Wednesday 3 July 2013

Tiga Langkah Sebelum Pintu Taubat Tertutup

Sebusuk apa pun maksiat yang telah dilakukan dan sebanyak apa pun dosa yang telah dibuat, bila manusia kembali kepada jalan Allah, maka Allah SWT akan menerima taubatnya. Bahkan, terhadap orang yang kafir sekalipun, bila ia memeluk agama Islam, Allah akan mengampuni segala dosanya.

Pintu taubat sentiasa terbuka. Dan, Allah SWT akan senantiasa menanti kedatangan hamba-Nya yang akan bertaubat. Namun demikian, tidak selamanya pintu taubat terbuka. Ada saatnya pintu tersebut tertutup rapat, terutama pada dua keadaan.

Pertama, ketika nyawa manusia sudah berada di kerongkong. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung menerima taubat seseorang sebelum nyawanya sampai di kerongkong." (HR Tirmidzi).

Kedua, ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, nescaya Allah menerima taubatnya." (HR Muslim).

Bila pintu taubat telah tertutup maka penyesalan, permohonan ampunan, perbuatan baik, dan keimanan orang kafir tidak akan bermanfaat lagi. Sebab, Allah SWT tidak akan menerimanya. "Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebahagian dari tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebahagian dari tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu, sesungguhnya kami pun menunggu (pula)." (Surah al-An'am [6]: 158).

Hal ini harus menjadi perhatian kita untuk tidak menunda-nunda dalam bertaubat. Sebab, bila tidak akan dilakukan maka bukan tidak mungkin hal itu akan menenggelamkan kita pada kemaksiatan yang pada akhirnya diri kita akan menganggap baik setiap sesuatu yang buruk.

Selagi kita hidup di dunia, mari kita gunakan kesempatan ini untuk menyikapi bersiap diri sebelum pintu taubat tertutup.

Pertama, bersegera melakukan taubat. "Sesungguhnya penerimaan taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana." (QS An-Nisa [4]: 17).

Kedua, bersegera melakukan pelbagai macam kebaikan sebelum datangnya masa yang menyebabkan kita sukar untuk melakukan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, "Bersegeralah kamu untuk mengerjakan amal-amal soleh, kerana akan terjadi berbagai fitnah yang menyerupai malam yang gelap gelita." (HR Muslim dan Tirmidzi).

Ketiga, berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan takwa kita akan diberi kemampuan untuk membezakan yang benar dan salah. (Surah al-Anfaal [8]: 29). 
 
*Sumber: http://detikislam.blogspot.com/2012/07/tiga-langkah-sebelum-pintu-taubat.html#

Tuesday 2 July 2013

OBRAL Pahala di Bulan Ramadhan

Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman r.a. ujarnya:
Rasulullah saw pada hari terakhir dari bulan Sya’ban berkhuthbah di hadapan kami.
Maka beliau bersabda:”Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikanpuasa pada siang harinyasebagai suatu kewajiban dan qiyam (shalat) pada malam harinya sebagai suatu tahawwu’ (ibadah sunnah yang sangat dianjurkan).
Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah) di dalamnya, maka (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan yang lain.
Dan siapa saja yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, maka (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain.
Ramadhan adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga (al jannah).
Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin.
Siapa saja yang pada bulan itu memberikan makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka perbuatan itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, kemerdekaan dirinya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang berpuasa yang diberinya makanan berbuka itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu”.
Para sahabat adayg berkata: “Ya Rasululullah, tidak semua dari kami memiliki makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa.”
Rasulullah saw. pun menjawab: “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan sekalipun hanya sebutir korma atau sekedar seteguk air atau sehirup susu.
Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Siapa saja yang meringankan beban dari hamba sahaya-nya, niscaya Allah mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka.
Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan ini.Dua perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya sangat kalian butuhkan.
Dua perkara yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah: mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian memohon ampunan kepada-Nya.
Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah kalian memohon surgaNya dan berlindung dari api neraka-Nya.
Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga.”
———
Dari pidato nabi dapat diambil kesimpulan bahwa rasulullah memberikan penjelasan mengenai keutamaan/keistimewaan bulan ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya dan memberikan contoh amalan2x untuk menjemputnya ..
Kalau kita bilang ramadhan bulan istimewa berarti ada 2 hal yg membikin istimewa, yaitu karena hanya spesial ada dibulan ramadhan dan tidak ada dibulan2x lainnya atau sama2x ada dibulan-bulan lainya tetapi mempunyai nilai lebih ..
Keistimewaan Ramadhan diantaranya:
- Bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan –> dibulan lain juga ada tetapi nilainya lebih banyakdibulan ramadhan
- Syaitan dibelenggu –> hanya ada dibulan ramadhan, syaitan disini adalah yg dari golongan jin (musuh utama berkurang satu)
- Pintu neraka ditutup-tutup rapat –> hanya ada di bulan ramadhan
- Semua Pintu Surga dibuka lebar-lebar, ada 8 buah pintu Surga, bau harumnya sdh bisa tercium sejauh perjalanan 70 tahun
- Nilai pahala dilipatgandakan –> hnya ada di bulan ramadhan, nilai amalan sunnah dibalas seperti amalan wajib dibulan lain, dan nilai amalan wajib dibalas seperti melakukan 70 amalan wajib dibulan lain, dan juga khusus dibulan ramadhan ada malam Lailatul Qadr,malam lebih baik dari 1000 bulan (83tahun).. Subhanallah, jika kita beribadah di malam tsb. nilainya sama dg beribadah selama 83tahun..
4 Perkara yang dianjurkan utk diperbanyak membaca
- Syahadat : Asyahadu alla illaaha illallah
- Istighfar : Astaghfirullah
- Memohon Surga : Allahumma inna nas’aluka ridhoka wal jannah (ya Allah aku memohon ridhoMu dan SurgaMu)
- Memohon berlindungkpd Allahdari api neraka :wa naudzubika min sakhatika wannar (dan aku berlindung kepadaMu dari murkaMu dan dari api neraka)
13 Amalan unggulan sesuai pidato nabi dan sunnah nabi
1. Puasa
Kewajiban puasa bagi manusia jika tidak ada udzur (sakit, safar). Bersyukurlah bagi yg bs berpuasa di bulan ramadhan krn nilai mengqadha puasa dibulan lain sdh berbeda.
keutamaan2x puasa sangat banyak diantaranya
- Diriwayatkan dari Muslim :
“Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipatnya, Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena aku, maka Aku yang akan membalasnya.’ Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada harumnya misk”
- Doa orang berpuasa adalah mustajab
- Malaikat akan memohonkan ampun kepada orang berpuasa sampai dia berbuka
- Orang berpuasa akan mendapatkan Pintu surga khusus yaitu Ar Rayyan
2. Sahur–> mengakhirkan sahur
Didalam sahur ada berkah, diriwayat lain malaikat akan berdoa dan memohonkan ampun saat orang bersahur
3. Berbuka -> menyegerakan berbuka jika sudah waktunya
Menyegerakan berbuka menghasilkan kebaikan.Dari Sahl bin Sa’ad ra. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),”Manusia akan terus dalam kebaikan selama menyegerakan buka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Menyegerakan buka adalah sunnah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu,Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda(yang artinya),”Umatku akan terus dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang ketika berbuka (puasa).” (HR Ibnu Hibban)
4. Memberibuka orang berpuasa
- Akan mendapatkan keutamaan nilaipahala sebagaimana nilai pahalanya orang yg berpuasa yang berbuka tsb. tanpa mengurangi pahalanya orang berpuasatsb.
- Akan mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya dan dijauhkan dari api neraka
5. Zikir / Kalimat Al Tayyibah
Amalan yang ringan diucapkan tapi berat timbangan pahalanya
6. Doa
Doa untuk menyongsong lailatul qadr : Allahumma Innaka Affuwun, Tuhibul Afwa fa’fuana (ya Allah Engkau Maha Pengampun, menyukai permohonan ampun, Ampunilah hamba ini)
7. Tarawih –> nilai pahalanya seperti pahala sholatwajib
8. Meringankan Beban Pembantu –> diampuni dosa2xnya dan dijauhkan dari api neraka
9.Sedekah –> dibulan ramadhan rasulullah adalah orang yang paling dermawan
10. I’tikaf
11. Tilawah Alquran
12. Zakat
13. Umroh –> Umroh dibulan ramadhan pahalanya seperti haji
Ayooo kita tingkatkan ketakwaan kita …. Allah sedang OBRAL PAHALA di bulan RAMADHAN .. semua amalan nilai pahalanya dilipatgandakan … dan artian bahwa dibukanya pintu surga lebar-lebar yaitu bahwa jalan kesana sangat mudah hanya berbekal amalan ringan/kecil bisa menghantarkan kita ke surganya Allah …
dan mari kita sama-samaberdoa untuk ketakwaan yg kita lakukan bisa berlanjut juga setelahramadhan .. amiin

*Sumber: http://mutiaraiman.blogdetik.com/