Thursday 15 August 2013

Keutamaan Bulan Syawal


ALLAH menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah : 185)
 Ada dua nikmat yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, yang dapat terasa terasa secara lahiriah. Yang pertama adalah nikmat pada saat berbuka. Kita merasakan betapa nikmatnya saat berbuka walaupun hanya dengan seteguk air, atau hanya sekedar sebiji kurma, atau sepotong roti. Nikmat, karena kita telah melampaui puasa hari itu dengan tuntas. Perasaan nikmat tersebut akan lebih terasa lagi bila kita banyak melakukan kebaikan atau ibadah sunah apalagi yang wajib, dan tidak berbuat dosa hari itu. Rasulullah bersabda: “Banyak yang berpuasa, tapi yang didapat hanya lapar dan dahaga saja.”
 Nikmat kedua adalah pada hari raya idul fitri ini. Pada hari ini kita me-rayakan kemenangan kita dalam memerangi hawa nafsu, dialah sebe-tulnya musuh kita yang paling besar.
Setelah melewati bulan Ramadhan, kita memasuki bulan Syawal, bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriyah. Syawal adalah bulan istimewa dan memiliki beberapa keutamaan, yaitu:
 Bulan Kembali ke Fitrah
Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya, setelah melakukan ibadah shaum Ramadhan sebulan penuh dan zakat fithrah. Kedatangan Syawal membawa kemenangan bagi mereka yang berhasil menjalani ibadah shaum sepanjang Ramadan. Ia merupakan lambang kemenangan umat Islam hasil dari “peperangan” menentang musuh dalam jiwa yang terbesar, yaitu hawa nafsu.
Bulan Takbir
Tanggal 1 Syawal, Idul Fitri, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir. Secara serentak seluruh umat muslim mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai bentuk mengagungkan Allah dan bersyukur kepadaNya di hari kemena-ngan karena telah melakukan perjuangan berat melaksanakan shaum di bulan Ramadhan.
Kemenangan yang diraih itu tidak akan tercapai, kecuali dengan pertolongan-Nya. Maka umat Islam pun mesti memperbanyak dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih.
 Allah SWT berfirman:
 Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah: 185)
Bulan Silaturahmi
Dibandingkan bulan-bulan lainnya, pada bulan inilah umat Islam sangat banyak melakukan amaliah silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, sa-ling bermaafan dengan teman atau tetangga, baik melalui kirim SMS, telepon, dan sebagainya. Sungguh Syawal menjadi bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah karena umat Islam menguatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.
Bulan Ceria
Syawal adalah bulan penuh ceria. Di Indonesia bahkan identik dengan hal yang serba baru–baju baru, sepatu baru, perabot rumah tangga baru, dan lain-lain. Orang-orang bersuka cita, bersalaman, berpelukan, tangis bahagia, mengucap syukur terhadap Dzat yang agung, meminta maaf, memaafkan yang bersalah. Keceriaan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, laki-laki perempuan, tua muda, miskin kaya.
Tegur sapa dan doa selalu terucap tatkala bertemu de-ngan keluarga, teman, tetangga mereka. Begitu ba-nyak cinta kasih saling diberikan antar seluruh umat manusia. Pintu saling memaafkan terbuka lebar tersebar di seluruh penjuru bumi, nuansa peleburan dosa, nuansa pencarian makna hidup yang sesungguhnya dapat dirasakan pada saat itu.
Puasa Satu Tahun
Di bulan syawal ini pun sebagian muslim melakukan amaliah shaum sunnah selama enam hari sebagaimana yang ditentukan Rasulullah Saw sebagai kelanjutan shaum di bulan Ramadhan. Sabda Rasulullah SAW;
             “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
“Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan de-ngan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah dan dicantumkan dalam Shahih At-Targhib).
Bulan Nikah
Syawal juga bulan yang baik untuk menikah. Hal ini sekaligus menyanggah khurafat, yakni pemikiran dan tradisi jahiliyah yang tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Syawal karena takut terjadi malapetaka.
Budaya jahiliyah itu muncul disebabkan pada suatu tahun, tepatnya bulan Syawal. Allah SWT menurunkan wabah penyakit, sehingga banyak orang mati termasuk beberapa pasa-ngan pengantin. Maka sejak itu, kaum jahiliah tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal. Khurafat itu ditentang oleh Islam. Rasulullah SAW menunjukkan bahwa bulan Syawal baik untuk menikah. Siti Aisyah mene-gaskan: “Rasulullah SAW menikahi saya pada bulan Syawal, berkumpul (membina rumah tangga) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah dari isteri beliau yang lebih beruntung daripada saya?” Selain de-ngan Siti Aisyah, Rasul juga menikahi Ummu Salamah juga pada bulan Syawal.
Menurut Imam An-Nawawi, hadits tersebut berisi anjuran menikah pada bulan Syawal. ‘Aisyah bermaksud, dengan ucapannya ini, untuk menolak tradisi jahiliah dan anggapan mereka bahwa menikah pada bulan Syawal tidak baik.
Bulan Peningkatan
Yang paling utama di bulan syawal ini adalah peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah di luar bulan Ramadhan.
Syawal sendiri, secara harfiyah, artinya “peningkatan”, yakni peningkatan ibadah sebagai hasil training selama bulan Ramadhan. Umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan ini, bukannya malah menurun atau kembali ke “watak” semula yang jauh dari Islam. Na’udzubillah.
Bulan Pembuktian Takwa
Juga tidak kalah utamanya, setelah Ramadhan berlalu, pada bulan Syawal-lah “pembuktian” berhasil atau tidaknya ibadah Ramadhan, utamanya puasa, yang bertujuan meraih derajat takwa.
Jika tujuan itu tercapai, sudah tentu seorang Muslim menjadi lebih baik kehidupannya, lebih saleh perbuatannya, lebih dermawan, lebih bermanfaat bagi sesama, lebih khusyu’ ibadahnya. Paling tidak, semangat beribadah dan dakwah tidak menurun se-telah Ramadhan.
Sungguh banyak keutamaan yang terkandung dalam Idul Fitri, yang merupakan hari kemenangan bagi mereka yang menundukkan hawa nafsu yang biasanya susah dikendalikan, baik nafsu makan, minum, nafsu syahwat, dan berbagai nafsu lainnya. Idul Fitri hari bermaaf-maafan hari mempererat tali silaturrahim sesama keluarga dan masyarakat sekeliling sehingga seolah-olah kita lahir kembali dengan semangat baru, hidup baru sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. ***

No comments:

Post a Comment